Pemuda Generasi Millenials VS Pemuda Zaman Rasulullah
Fashion
styles, hobby update status, update photo, doyan nya selfie, nongkrong di
cafe-cafe, haha hihi gosipin orang, menyebar kebencian, hoax, dan segala dampak
negatif dari moedernisasi di abad millenials ini, itulah gambaran yang dominan
untuk pemuda dan pemudi kita di zaman sekarang. Terlalu akrab dengan teknologi,
budaya instan, sehingga mereka terbuai dan melupakan jati dirinya sebagai
seorang muslim dan muslimah yang berkewajiban berdakwah serta mengamalkan
setiap ajaran-Nya.
Pemuda? Istilah ini sering
diagung-agungkan oleh founding father kita, Ir. Soekarno pernah berkata dalam
pidatonya, “beri aku satu pemuda akan aku guncangkan Indonesia dan beri aku
sepuluh orang pemuda maka akan aku guncangkan dunia”. Sebesar itu pengaruh
pemuda di dunia ini, semangat yang masih menggelora, idealisme yang tinggi,
bersih dari interpensi kepentingan baik itu politik, agama, atau ras/golongan.
Mereka hanya memikirkan yang terbaik dan yang baik untuk rakyatnya. Yang benar
diperjuangkan yang salah di luruskan.
Namun, pada faktanya kita harus
menghadapi pemuda-pemuda yang berleha-leha dengan persaingan dunia,
bermalas-malasan dengan budaya instan, menutup matanya dengan game online,
menutup telinganya dengan lagu kebarat-baratan, menutup mulut nya dengan uang,
menutup hatinya dengan westernisasi yang menghantam pemuda kita dengan gaya
trendi dan popularitas yang mengarah pada hedonism yang berlebihan.
Jika kita bandingkan ketika zaman
Rasulullah SAW, beliau tidak ragu menunjuk pemuda pada zaman nya untuk menjadi
pemimpin asukan perangnya, ingatkah kalian pada seorang pemuda bernama Ali bin
Abi Thalib, Usamah bin Zaid, mereka dipercaya Rasul memimpin pasukan perangnya
di usia mereka yang masih muda. Kalau sekarang kita lihat, para orang tua
justru tidak percaya kepada para pemuda kita, mereka menganggap para pemuda
masih labil dan belum bisa dipercaya. Sedihnya L
Di zaman rasulullah dulu, ada seorang
pemuda bernama Abdullah bin Abbas yang masih sangat muda, usianya 13 tahun
ketika Rasulullah wafat. Ia sering membersamai Rasul untuk mendapatkan
ilmu-ilmu nya, sehingga karena ilmunya ia mendapat julukan ‘pemuda tua’ yang
diberika oleh amirul mukminin Umar bin Khatab. Ada juga Mushab bin Umar, pemuda
yang paling tampan di Kota Mekah, ia lahir 14 tahun setelah kelahiran
Rasulullah SAW. Mushab meninggalkan segala kemewahan yang ia miliki demi
menggapai keridhoan Allah SWT, ia adalah pemuda yang menjad teladan dalam
menuntut ilmu, memahami, mengamalkan, serta mendakwahkannya. Ia seorang pemuda
yang memiliki kecerdasan dalam memahami syariat, pandai dalam penyampaiannya,
dan kuat dalam argumentasinya.
Begitu luar biasa pemuda-pemuda pada
zaman Rasul, bukankah kita harus meneladani mereka, setidak-tidaknya berbuatlah
sebagaimana kamu harus berbuat, bicaralah sebagaimana kamu harus bicara, dan
berdakwahlah sebagaimana ilmu yang kamu punya. Berusahalah untuk menyebar
manfaat bukan mudarat kepada sesama, sebarkan pesan perdamaian dan syariat
islam kepada sesama pemuda, saling mengingatkan dalam kebaikan akan jauh lebih
baik daripada mengkritik orang lain dengan kata-kata yang tidak seharusnya,
gunakan segala kemudahan teknologi yang ada untuk berdakwah dan menyebarkan
pesan postif agar kita tidak terbuai dengan nikmatnya dunia, dan lupa menabung
untuk akhirat. Agar kita tetap terjaga dalam syariat dan tidak terbawa arus
maksiat.
Komentar
Posting Komentar